Carut-marut KONFERCAB XXXVIII; Khianati Demokrasi

Jakarta (13/07) – Moment akbar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat dalam Konferensi Cabang XXXVIII (KONFERCAB 38), Selasa-Jum’at, 10-13 Juli 2007, menyita perhatian kader PMII seantero Ciputat. Mengingat hal tersebut sangat penting untuk menilai kinerja pengurus dan menjawab tantangan PMII setahun yang akan datang.

Cabang yang terdiri dari 10 Komisariat tersebut menggunakan sistem delegasi tetap pada KONFERCAB kali ini. Masing-masing Komisariat terdiri dari 4 (2 Putera dan 2 Puteri) delegasi dan 1 peninjau mewakili Pengurus Komisariat. Hanya berbeda pada pembagian waktu acara, Korps PMII Puteri (KOPRI) juga mengagendakan hal yang sama.

KONFERCAB 38 tersebut mengambil tema “KONFERCAB XXXVIII Sebagai Momentum Konsolidasi dan Silaturahmi Kader PMII Ciputat”.

Forum tertinggi tingkat Cabang tersebut hanya menghasilkan keputusan-keputusan yang relatif sama dengan KONFERCAB tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada yang istimewa dalam KONFERCAB kali ini. Selalu berkutat pada hal-hal politis, sehingga PMII lupa pada bidang-bidang lainnya, kata Sahabat Khaerudin, salah satu delegasi KONFERCAB. Sama dengan pendapat Sahabat Khaerudin, Sahabat Budi Setiawan menyatakan bahwa KONFERCAB 38 ini hanya bersifat politis dan pragmatis, mengingat dekatnya agenda Kongres PMII pada penghujung tahun ini. Kepentingan demi kepentingan, tumpleg-bleg pada KONFERCAB ini. Mungkin bukan hanya di Cabang Ciputat, akan tetapi hampir pada semua Cabang yang ternama.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada banyak intervensi dan kepentingan Pengurus Besar (PB) PMII pada KONFERCAB 38 Ciputat. Pertama, PMII Ciputat sebagai basis Ketua Umum PB PMII, Sahabat Heri Heryanto Azumi. Kedua, adanya isu, ingin menjadi Ketua Umum Cabang Ciputat berarti harus siap menerima Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) PB PMII. Ketiga, Banyaknya keinginan kader PMII Ciputat yang ingin mendapat bergainning position yang tinggi, kalau tidak boleh dikatakan ingin merebut kursi Ketua Umum PB PMII masa bakti berikutnya.

Demikian banyak kepentingan, memaksakan KONFERCAB kali ini untuk bersikap sangat politis dan pragmatis. Jika tidak, maka diskriminasi akan bicara, sumber dana organisasi tertutup, dll. Begitulah terang Sahabat Budi.

LPJ Pengurus Cabang yang ditolak membuat PMII Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (KOMFAKSYAHUM) Cabang Ciputat merasa puas. Sikap ini laik kami ambil untuk menilai kinerja Pengurus Cabang setahun yang lalu, mengingat tidak terpenuhinya amanat-amanat KONFERCAB. Meskipun banyak agenda yang terealisasi, namun out put yang dihasilkan sangat tidak jelas.

Sikap Cabang yang berorientasi pada politik kampus an sich, membuat kader PMII hanya berkutat pada wilayah-wilayah tersebut. Padahal banyak lini, pos, dan tanggungjawab lain yang perlu diperbaiki. Seperti, pengembangan intelektualitas, peningkatan profesionalisme, pengabdian pada masyarakat, dan menjawab tantangan otonomi daerah, adalah wilayah yang belum sama sekali tergarap oleh PMII Cabang Ciputat, tegas Sahabat Amin Mustofa.

Dari 10 Komisariat yang mengikuti KONFERCAB, pada akhirnya hanya menyisakan 9 Komisariat. PMII Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (KOMFAKTAR), yang diusir paksa oleh panitia KONFERCAB menyisakan pilu yang sangat mendalam. Sikap diskriminatif panitia tersebut dilakukan dengan alasan urusan internal KOMFAKTAR belun selesai, sehingga KOMFAKTAR diharapkan keluar, dan kembali lagi saat urusan internal telah selesai. Usai urusan internal KOMFAKTAR selesai, delegasi dan peninjau dari KOMFAKTAR bermaksud kembali ke dalam forum, dan lagi-lagi mendapat perlakuan diskriminatif dari panitia, masih dengan alasan yang sama. Hal ini menjadi sebuah kejahatan demokrasi yang tidak bisa dimaafkan, mengingat wewenang rekomendasi adalah urusan internal Komisariat.

Serta proses awal, ketika Ketua Umum KOMFAKTAR mengajukan Surat Rekomendasi Delegasi dan Peninjau, Panitia KONFERCAB tidak pernah mempermasalahkan kondisi internal masing-masing Komisariat. Akan tetapi setelah menjalani proses KONFERCAB yang cukup panjang akhirnya Delegasi dan Peninjau dari KOMFAKTAR harus diusir secara paksa dan tidak diizinkan mengikuti KONFERCAB (lagi). Hal ini berimbas pada chausenya forum. Beberapa Komisariat yang menginginkan agar KOMFAKTAR tetap dapat mengikuti proses KONFERCAB hingga akhir, tanpa melihat masalah internal mereka. Di pihak lain menginginkan agar masalah internal diselesaikan terlebih dahulu. Masalah tidak kunjung selesai ketika hal ini diserahkan kepada panitia (lembaga yang merasa paling berhak untuk memverifikasi delegasi, peninjau dan calon ketua umum).

Menurut Sahabat M. Ihsan, dalam hal ini terjadi inkonsistensi kewenangan, pada proses awal, rekomendasi Komisariat tidak pernah dipermasalahkan oleh panitia, tetapi di pertengahan KONFERCAB panitia merasa bahwa masalah pada internal KOMFAKTAR adalah masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dan akhirnya panitia memutuskan untuk tidak mengesahkan rekomendasi dari KOMFAKTAR. Permainan ini sungguh tidak fair, dan menghianati amanat AD/ART. Mengingat KONFERCAB adalah dihadiri oleh delegasi dari masing-masing Komisariat. Artinya, bagaimanapun kondisi internal Komisariat, apapun sikap Komisariat, itu adalah hak dari Komisariat, bukan pada tataran panitia KONFERCAB. Panitia hanya mempunyai hak memverifikasi syarat-syarat administrasi yang diajukan Komisariat.

Dengan kondisi yang carut marut seperti itu, KONFERCAB tetap dilanjutkan tanpa arah yang jelas. Tujuan ingin memperbaiki Cabang seolah tinggal isapan jempol. Muatan politis yang begitu dominan tidak terbendung. Terbukti beberapa calon Ketua Umum PMII Cabang Ciputat tidak mempunyai kualifikasi yang jelas. Hal ini akan mempengaruhi kinerja Cabang pada satu periode mendatang.

Sahabat Muhammad Zaid (mantan Ketua Umum DPP PPM UIN Jakarta) yang telah ditolak LPJ nya, terpilih menjadi Ketua Umum PMII Cabang Ciputat, menyisihkan Sahabat Yusuf Daulay yang cukup cemerlang dalam menjalankan roda organisasi di BEM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apalagi kalau bukan demi kepentingan? Mengingat sosok Sahabat Yusuf Daulay yang begitu berani dan tegas dalam bersikap justru kandas pada pemilihan, diserang oleh 6 Komisariat yang dimotori oleh kepentingan PB PMII.

Menawar-nawar idealisme PMII adalah musuh kami, terlepas siapapun yang mengintervensi. Karena PMII adalah organisasi kader yang selalu komitmen dengan independensi dan demokrasi. Terang Sahabat Amin Mustofa, Ketua Umum PMII KOMFAKSYAHUM. (Hamdi)

3 respons untuk ‘Carut-marut KONFERCAB XXXVIII; Khianati Demokrasi

Add yours

  1. Sebagai kader PMII Ciputat yang sudah cukup lama “pergi” dari Ciputat, saya bangga melihat sahabat2 telah begitu maju memanfaatkan fasilitas mayantara ini. Karena pada era saya dulu, internet masih lumayan “barang mahal”.
    Tapi sebagai kader PMII Ciputat yang sudah bosan dengar konflik tak perlu, maka saya justru menilai bahwa sahabat2 malah meredam api amarah dengan menyemburkan api amarah serupa. Tanpa bermaksud menggurui, sebaiknya KOMFAKSYA menjadi pelopor demokratisasi PMII melalui jalan yang relatif lebih berimbang. Bagaimana mungkin sahabat MEMBANTAI lawan habis2an dengan MENGAGUNGKAN kawan juga habis2an.
    Di Masyhad Teheran tempat saya bermukim 3 tahun ini, saya justru menikmati indahnya menjadi alumni PMII. Saya dapat dengan bangga menjelaskan kepada banyak orang disini, bahwa ada organisasi “anti-kemapanan” yang dimunculkan dari kalangan pesantren, namanya PMII.
    Salam, Daniel.
    Bagaimana kabar mas Munawwar Fuad?

  2. Saya sebagai sahabat yang hilang, terenyuh dengan kondisi PMII KOMFAKSYAHUM saat ini. Ribut internal yang berkesudahan
    mohon berikan keluasaan kepada yang muda, biar mandiri, biar menemukan jati dirinya, yang merasa senior berikan motivasi bukan memperkeruh.

  3. klau mau bersikap harus secara cermat. buat sahabat2 komfaksyahum salah satu kader yang bernama yusuf daulay (calon ketua umum pmii ciputat yang gagal) dia itu menggunakan money politik. tertangkap basah ketika dia menawarkan sejumlah nominal yang cukup besar ke beberapa senior. tidak hanya itu dia pun menawarkan proyek (bak seperti dirjen di salah satu departemen aja).

    pertanyaannya kemudian, apakah kader yang seperti itu mencidrai proses demokrasi atau tidak? apakah sahabat-sahabat komfaksyahum benar-benar tidak tahu atau tidak mau tahu atau kecolongan. pikir sahabat!!!!!!!.

    buat zaid (ketua cabang terpilih). dia memang buruk dari semua segi. pertama: soal tidak becus kerja, dan tidak bisa ngerjain apa2 sudah kita ketahui bersama-sama. kedua: pemabuk. ketiga: menjadikan cabang sebagai markas mabuk-mabukan. semua benar adanya. cacat moral dan integritas-nya. karena itu

    bikin KLB sekarang!!!!!!!!!

Tinggalkan Balasan ke Andika Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Atas ↑